Nusron Wahid, Sang Penakluk Tanah Laut Bekasi

Nusron Wahid, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), dengan gagah berani melangkah ke panggung. Ia membawa misi suci


Untuk saat ini, saya acungkan jempol buat Nusron Wahid. Menteri paling berani. Yang dilawan bukan rakyat jelata, melainkan mafia tanah dengan backingan kalangan elit. Orang NU wajib doakan beliau ni agar selalu diberikan keselamatan. Yok, kita bahas keberanian seorang nahdliyin ini.


Di tengah hiruk-pikuk gas melon 3kg yang seolah menjadi pusat gravitasi dunia, muncul seorang pahlawan. Ya, pahlawan. Nusron Wahid, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), dengan gagah berani melangkah ke panggung. Ia membawa misi suci,. membongkar kasus tanah yang membuat nalar manusia biasa terkapar. Tanah di laut? Ya, tanah di laut. Bukan mimpi, bukan ilusi. Ini nyata. Atau setidaknya, begitulah klaimnya.


Februari 2025, seorang pria gagah berkasa, memakai baju putih, topi biru tua, dan berkaca mata hitam. Dialah Nusron Wahid, sang pembongkar kebohongan, datang ke pesisir Bekasi. Di sana ia mengungkap fakta yang membuat semua orang tercengang. Ada 581 hektar lahan yang seharusnya berdiri kokoh di darat, tiba-tiba berenang ke laut. Bayangkan! Tanah yang seharusnya menjadi tempat berpijak, malah memilih menjadi pulau imajiner. PT Cikarang Listrindo (CL) dengan 90 hektar, PT Mega Agung Nusantara (MAN) dengan 419 hektar, dan 72 hektar lainnya yang terbit tahun 2021. Semuanya seolah berkata, “Daratan? Tidak, kami lebih suka laut.”


Mantan Ketum PMII ini, dengan wajah penuh tekad, berjanji akan mengambil langkah tegas. Langkah tegas? Ya, langkah tegas. Tapi tunggu dulu. Langkah tegas seperti apa? Membatalkan sertifikat SHGB yang diterbitkan secara tidak sah. Menyerahkan kasus ke aparat penegak hukum jika ada unsur pidana. Wow. Sungguh heroik. Tapi, apakah ini cukup? Apakah ini akan mengembalikan tanah-tanah itu ke daratan? Atau justru membuat mereka semakin nyaman berenang di laut?


Nusron tidak sendirian. Ia akan berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Tujuannya? Membongkar pagar laut yang memisahkan tanah dengan laut. Pagar laut yang seolah menjadi tembok penjara bagi tanah-tanah malang itu. Tapi, apakah koordinasi ini akan berjalan mulus? Atau justru menjadi drama birokrasi yang tak berujung? Kita lihat saja.


Kasus ini bukan hanya tentang tanah yang berenang. Ini tentang nelayan yang hidupnya terganggu. Mereka, yang seharusnya bebas melaut, kini harus berhadapan dengan pagar laut yang seolah menjadi batas mimpi mereka. Mereka menuntut keadilan. Mereka menuntut tindakan cepat. Tapi, apakah pemerintah akan mendengar? Atau justru sibuk dengan gas melon 3kg?


Nusron Wahid, sang menteri yang berani membongkar kasus tanah di laut. Apakah ia benar-benar pahlawan? Atau hanya sekadar bintang tamu dalam drama politik yang tak berujung? Hanya waktu yang akan menjawab. Tapi satu hal yang pasti, tanah di laut Bekasi telah menjadi bukti bahwa di negeri ini, segala sesuatu mungkin terjadi. Bahkan tanah pun bisa berenang.


Di negeri ini, drama tak pernah usai. Gas melon 3kg, tanah di laut, dan menteri yang berjanji langkah tegas. Semuanya menjadi bahan tertawaan sekaligus tangisan. Kita hanya bisa berharap bahwa suatu hari nanti, semua ini akan berakhir. Tapi sampai saat itu tiba, mari kita nikmati saja drama ini. Karena di negeri ini, hidup adalah panggung sandiwara. Kita semua adalah penonton yang tak pernah bosan.


#camanewak

Rosadi Jamani

Ketua Satupena Kalbar