Desa-desa itu terpencil. Butuh enam jam dari Kota Sambas. Enam jam perjalanan melalui sungai dengan kapal motor
SAMBAS KALBAR,-Telepon itu datang tiba-tiba. Suara Kepala Kemenag Kabupaten Sambas, Mahmud Jayadi, terdengar berat. Seperti menahan beban yang tak terucap. "Banjir belum surut," katanya. Dua puluh hari. Dua puluh hari air menggenang, merendam rumah, sawah, dan harapan. Dua puluh hari warga bertahan dengan apa yang tersisa.
"Ada desa minta bantuan lilin," lanjutnya. Lilin? Awalnya, kami bingung. Kenapa lilin? Ternyata, gardu listrik terendam. Gelap. Tak ada penerangan. Mereka hanya punya lilin untuk menerangi malam-malam yang panjang. Malam yang dingin, basah, dan penuh ketidakpastian.
Desa-desa itu terpencil. Butuh enam jam dari Kota Sambas. Enam jam perjalanan melalui sungai dengan kapal motor. Enam jam untuk sampai ke tempat di mana air tak kunjung surut. Di sana, di Kecamatan Sejangkung, Sajad, dan Selakau, warga bertahan.
Desa Sendoyan.
Senujuh.
Perigi Limus.
Semanga.
Sepantai.
Beringin.
Mekar Jaya.
Selakau Tua.
Gayung Bersambut.
Semelagi Besar.
Sungai Daun.
Nama-nama itu mungkin tak pernah terdengar oleh kita. Tapi bagi mereka, itu adalah rumah. Tempat mereka hidup, bercocok tanam, dan berharap. Sekarang? Sawah terendam. Kebun hancur. Aktivitas ekonomi mandek. Mereka tak bisa ke mana-mana. Terjebak.
Bayangkan, wak! Dua puluh hari tanpa listrik. Dua puluh hari tanpa penghasilan. Dua puluh hari hanya mengandalkan bantuan yang entah kapan datang. Mereka butuh makanan. Mereka butuh selimut. Mereka butuh obat-obatan. Dan ya, mereka butuh lilin.
Mahmud Jayadi berharap ada donatur yang tergerak. Tapi harapan itu seperti lilin yang kian redup. Terpaan angin dan air membuatnya nyaris padam.
Kita bisa duduk di sini, membaca ini, sambil menikmati cahaya lampu dan hangatnya rumah. Tapi di sana, di Sambas, ada ribuan orang yang hanya punya lilin. Lilin yang menerangi kegelapan, tapi tak cukup untuk menerangi masa depan mereka.
Mereka butuh bantuan. Mereka butuh kita.
Apakah kita akan diam saja? Atau kita akan bergerak, sebelum lilin itu benar-benar padam?
#camanewak
Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar
0 Komentar