Kegembiraan dan Kebahagiaan Perayaan Lebaran Yang Bermakna Spiritual

  Fhoto dan Gambar: Sekedar Ilustrasi
 
Meldanewsonline.id - Pada detik-detik terakhir perayaan Idul Fitri, gulai opor dan ketupat hingga sambal balado dan pete berdatang, seperti dikirim malaikat dari langit. Padahal Nyonya Besar di rumah sudah pasrah, cukup membuat lontong yang biasa disebut ketupat sayur.

Tradisi makan ketupat pada perayaan Hari Raya memang sudah menjadi semacam konvensi baku yang agak ganjil dan lucu bila tidak tersaji pada hari istimewa ini, mungkin sekedar untuk mengisyaratkan paripurnanya ibadah puasa yang patut dirayakan dengan kegembiraan.

Puasa selama bulan ramadan itu sendiri posisinya semacan momen terbaik untuk menempa diri agar lebih ugagari.  Setidaknya tidak cuma sekedar menahan lapar dan haus, tapi yang terpenting adalah menahan hawa nafsu.

Di dalam makna lapar dan haus itu,  bisa diharap mampu membuka pintu hati lebih lebar untuk melihat cakrawala yang luas pada mereka yang lapar dan haus dalam kondisi dan situasi terpaksa. Tidak seperti puasa yang sedang dilakukan dengan kesadaran sendiri sebagai tuntunan Illahi Rabbi untuk ikut merasakan dera dan derita rakyat kecil.

Kecuali itu makna puasa wajib pada bulan ramadan adalah upaya  mengukuhkan sikap jejujuran, keikhlasan karena semua dilakukan dalam kontrol diri sendiri, tanpa bisa diintervensi oleh pihak lain. Sebab kesadaran untuk melakukan puasa adalah kehendak sendiri sebagai upaya mematuhi perintah langsung Allah dari langit.

Karena itu, sejumlah bingkisan dan bungkusan serta paket lebaran yang berdatangan saat menit-menit terakhir berpuasa, seakan dikirim langsung oleh malaikat dari langit. Tiada pernah diduga sebelumnya hingga paket pulsa internet pun berjejalan masuk, seakan untuk terus menjaga komunikasi dan infornasi agar tidak terputus, seperti upaya silaturrachmi yang selama ini hanya bisa dilakukan dari jarak jauh.

Pendek kata, sayur rebung dan opor tahu yang sudah dimasak sebelumnya bisa digasak habis, sebelum hari raya tiba. Sebab opor ayam dan ketupat yang dikirim sore tadi sudah lebih dari cukup untuk menghias meja makan bersama sadapan air buah lontar yang murni.

Biasanya untuk anak dan cucu tersayang -- termasuk anak dan cucu tetangga yang ada di kiri dan kanan rumah yang ikut bertamu -- boleh juga dibagi angpaow sekedar untuk menggenapi rasa kegembiraan. Karenanya, amplop segepok pembungkus uang recehan banyak bertebar dalam ekspresi kebahagian dan rasa terima kasih atas semua rizki yang telah dilimpahkan Allah Yang Maha Pemurah.

Jadi bukan hanya dalam tradisi makanan yang khas lebaran yang acap tersaji, yang dudah terlanjur menjadi kebiasaan sejak masa kecil bersama keluarga di kampung dshulu. Hanya makanan khas yang namanya  sekubal dan dodol durian legit sulit untuk disajihan, sebab prosesnya rumit lebih sulit dan berliku prosedurnya deperti birokrasi di negeri ini.

Jadi, perayaan hari lebaran ini tak cuma indah dan sakral, tapi juga banyak manfaat dan padat nilai spiritual. Karena yang muda merasa wajib dan patut mendatangi yang tua -- untuk sungkum dalam posisi salah atau pun tidak salah -- kepada mereka yang dituakan itu.

Yang utama, tentu saja sujud dan takmid kepada kedua orang tua. Agar tak kembali mengulang cetita Si Malin Kundang. Jika pun orang tua sudah tiada, kewajiban itu bisa disublimasikan pada Pakcik dan Makcik dan seterusnya untuk saudara dari Ayah msupun saudara dari pihak Ibu. Maka itu muatan nilai spiritual yang berserakan sejak awal ramadan hingga puncak hari raya lebaran memiliki nilai religiusitas yang tidak ternilai bagi kemanusiaan. Hingga tradisi mudik pun, perlu juga dilakukan dengan susah payah namun tetap dalam suasana kegembiraan yang membahagiakan.

Pada bilik lain pun, para koruptor yang masih menjalani proses hukuman di penjara/ lembaga pemasyarakatan, dianggap wahar dan patut untuk mendapatkan keringanan. Dan untuk semua, selamat Hari Raya Idul Fitri. Semoga kejernihan hati kita kembali fitri, seperti sumber mata air yang menyegarkan bagi  kehidupan di hari esok bersama gema takbir yang menyapa ramah seisi bumi. Amin !

Oleh: Jacob Ereste 
Banten, 20 April 2023

Posting Komentar

0 Komentar