OM TELOLET OM mendunia. Meski sudah mulai mereda, namun komentar sejumlah sopir bis berikut ini layak disimak.
Salah satu sopir bus, Saimin, mengatakan, suara klason bus "telolet" memang dinanti oleh para pemburunya di sepanjang jalurnya menuju Solo, Wonogiri, dan Purwantoro.
"Walah mas, sekarang itu tidak cuma bocah cilik. Ibu-ibu saja udah pada minta bunyiin di pinggir jalan pakai karton ditulis. Terus orang yang naik motor juga pada minta kalau bus pada lewat," ujarnya.
Menurutnya, permintaan membunyikan telolet atau 'Om Telolet Om' tidak hanya di sepanjang jalur trayeknya, melainkan juga di terminal masing-masing kota yang disinggahi, yakni Terminal Krisak, Wonogiri, dan lainnya.
Karena menyenangkan bagi anak-anak, situasi tersebut juga sempat dimanfaatkan oleh sebagian supir bus. Seorang operator bus Gajah Mungkur, sempat memberikan syarat kepada anak-anak agar mau membunyikan klakson.
"Teman saya, orang Gajah Mungkur. Suruh anak-anak itu joget-joget dulu baru dibunyiin klaksonnya. Ya, mereka akhirnya pada joget," ujar salah seorang operator lain menimpali.
Sopir bus Sinar Jaya, Priyanto, menjelaskan, demam meminta suara telolelet kepada bus yang melintas sudah terasa sejak tahun lalu. Namun, baru benar-benar dirasa pada penghujung tahun ini.
Ia mengaku sudah biasa menuruti permintaan para pemburu suara telolet dalam perjalanan dengan menekan beberapa tombol dekat kemudinya.
Menurutnya, klakson variasi itu sudah banyak ditemui sejak 2014 lalu di bengkel-bengkel variasi klakson bus.
Di pihak lain, pihak Kementerian Perhubungan mengimbau kepada operator bus untuk tidak menuruti permintaan pemburu telolet.
Menteri Perhubungan tidak pernah melarang Bus Gunakan klakson Tolalet. Menhub menghimbau supir tidak menuruti permintaan membunyikan klakson di jalan yang membayakan keselamatan pemburu klakson.
Imbauan tersebut karena cara yang dilakukan pemburu telolet terkesan membahayakan. Dari mengejar bus, hingga masuk tol.
Sopir bus jurusan Yogyakarta-Semarang, Joko Sentosa, mengaku telah memasang klakson telolet sejak dua bulan lalu. Sebelumnya, ia hanya menggunakan klakson biasa.
"Saya pasang dua bulan yang lalu. Saya beli rangkaiannya terus saya pasang. ya biar ramai saja suara klaksonnya. Suaranya juga lucu kok,” tutur Joko di terminal Jombor, Sleman, DIY, speerti dilansir merdeka.com.
Joko merasa tak keberatan untuk membunyikan klakson bersuara unik tersebut ketika ada segerombolan anak kecil yang memintanya. Bahkan, ia merasa bahagia dan teringat anaknya dirumah ketika anak-anak kecil tersebut gembira hingga berjingkrak-jingkrak karena suara klaksonnya.
Tak berbeda jauh dengan Joko, Suprapto (46) yang juga berprofesi sebagai supir bus mengaku tak keberatan untuk membunyikan klaksonnya ketika melihat gerombolan anak-anak di jalan.
Namun, ia kadang juga merasa cemas karena para bocah ini melambaikan tangan mereka, sedangkan bus yang ia kemudikan melaju dengan kencang. Ia khawatir mereka tersambar bus. Oleh karena itu, ia sering menjauhkan laju busnya dari trotoar ketika menemui pemburu telolet.
"Walah mas, sekarang itu tidak cuma bocah cilik. Ibu-ibu saja udah pada minta bunyiin di pinggir jalan pakai karton ditulis. Terus orang yang naik motor juga pada minta kalau bus pada lewat," ujarnya.
Menurutnya, permintaan membunyikan telolet atau 'Om Telolet Om' tidak hanya di sepanjang jalur trayeknya, melainkan juga di terminal masing-masing kota yang disinggahi, yakni Terminal Krisak, Wonogiri, dan lainnya.
Karena menyenangkan bagi anak-anak, situasi tersebut juga sempat dimanfaatkan oleh sebagian supir bus. Seorang operator bus Gajah Mungkur, sempat memberikan syarat kepada anak-anak agar mau membunyikan klakson.
"Teman saya, orang Gajah Mungkur. Suruh anak-anak itu joget-joget dulu baru dibunyiin klaksonnya. Ya, mereka akhirnya pada joget," ujar salah seorang operator lain menimpali.
Sopir bus Sinar Jaya, Priyanto, menjelaskan, demam meminta suara telolelet kepada bus yang melintas sudah terasa sejak tahun lalu. Namun, baru benar-benar dirasa pada penghujung tahun ini.
Ia mengaku sudah biasa menuruti permintaan para pemburu suara telolet dalam perjalanan dengan menekan beberapa tombol dekat kemudinya.
Menurutnya, klakson variasi itu sudah banyak ditemui sejak 2014 lalu di bengkel-bengkel variasi klakson bus.
Di pihak lain, pihak Kementerian Perhubungan mengimbau kepada operator bus untuk tidak menuruti permintaan pemburu telolet.
Menteri Perhubungan tidak pernah melarang Bus Gunakan klakson Tolalet. Menhub menghimbau supir tidak menuruti permintaan membunyikan klakson di jalan yang membayakan keselamatan pemburu klakson.
Imbauan tersebut karena cara yang dilakukan pemburu telolet terkesan membahayakan. Dari mengejar bus, hingga masuk tol.
Sopir bus jurusan Yogyakarta-Semarang, Joko Sentosa, mengaku telah memasang klakson telolet sejak dua bulan lalu. Sebelumnya, ia hanya menggunakan klakson biasa.
"Saya pasang dua bulan yang lalu. Saya beli rangkaiannya terus saya pasang. ya biar ramai saja suara klaksonnya. Suaranya juga lucu kok,” tutur Joko di terminal Jombor, Sleman, DIY, speerti dilansir merdeka.com.
Menurutnya, fenomena pemburu telolet sudah ada sejak beberapa bulan belakangan. Namun, baru sebulan terakhir ini menjadi sangat ramai. Ia mengaku, kebanyakan pemburu telolet yang ditemuinya adalah anak muda dan anak-anak kecil.
Joko merasa tak keberatan untuk membunyikan klakson bersuara unik tersebut ketika ada segerombolan anak kecil yang memintanya. Bahkan, ia merasa bahagia dan teringat anaknya dirumah ketika anak-anak kecil tersebut gembira hingga berjingkrak-jingkrak karena suara klaksonnya.
Tak berbeda jauh dengan Joko, Suprapto (46) yang juga berprofesi sebagai supir bus mengaku tak keberatan untuk membunyikan klaksonnya ketika melihat gerombolan anak-anak di jalan.
Namun, ia kadang juga merasa cemas karena para bocah ini melambaikan tangan mereka, sedangkan bus yang ia kemudikan melaju dengan kencang. Ia khawatir mereka tersambar bus. Oleh karena itu, ia sering menjauhkan laju busnya dari trotoar ketika menemui pemburu telolet.
OM TELOLET OM!!!
0 Komentar